Ketika secarik puisi sederhana dan setangkai bunga dihantarkan dengan sedikit malu-malu oleh anak kesayangan, mengekorlah intropeksi diri ditengah rasa haru yang menyeruak. Selamat hari Ibu untuk engkau yang mendamba menjadi seorang Ibu. Menanti aroma khas seorang bayi dalam kerinduan yang getir. Mengelus-elus rahim tanpa janin sembari berkata lirih: “Kelak kau pun akan terisi segumpal daging yang terus berkembang sempuna hingga terlahir ke dunia.” Selamat hari Ibu untuk engkau yang syahdu menatap pusara anakmu. Memori masa lalu melintas berkelebat dalam bayang hitam putih. Memendam rasa bersalah: “Andai dulu bisa bersikap lebih baik padanya.” Selamat hari Ibu untuk engkau yang tengah bersuka cita karena anugerahNya berupa permata penyejuk jiwa. Ibu yang senantiasa mengumandangkan syair cinta dalam doa: “Semoga menjadi anak sholeh/ah yang berbakti pada kedua orang tua dan bermanfaat bagi sesama.” Selamat hari Ibu untuk engkau yang merasa bersalah dan payah. Belum bisa menj
Mari bercerita tentang apa saja..