Siapa yang tak mengenal tahu-tempe? Makanan ini tentunya tak asing di lidah rakyat Indonesia. Selain kandungan gizinya yang cukup baik karena mengandung protein yang berasal dari kedelai, tahu-tempe juga terkenal memiliki nilai beli yang cukup terjangkau untuk masyarakat menengah kebawah. Diketahui bahwa kedelai kaya akan serat, protein, karbohidrat, fosfor, vitamin, rendah lemak dan masih banyak yang lainnya lagi. Selain itu kedelai juga mengandung asam amina glisin dan alginin yang berperan dalam menyusun hormon insulin dan glukogen dalam tubuh. Kedelai juga mengandung isoflavon yang memang banyak terkandung dalam kacang-kacangan yang berfungsi sebagai pengontrol lemak tubuh.
Siapa yang mengira bahwa makanan favorit rakyat 'pinggiran' ini ternyata akan mengalami kelangkaan karena krisis kedelai yang sedang menyelimuti berbagai wilayah di Indonesia. Harga kedelai melonjak dari sekitar Rp. 5.400 per kilogram menjadi Rp. 8.000 per kilogram. Boleh jadi kisaran harga ini masih dapat termasuk murah dan terjangkau bagi kalangan menengah keatas, tapi tidak demikian halnya bagi 'pengrajin' tahu-tempe yang notabene sebagian besar mereka adalah rakyat 'pinggiran'. Sebagi contoh adalah Mbah dan Lek saya sendiri di kampung, tepatnya di Kebumen Jawa Tengah yang juga berprofesi sebagai 'pengrajin' tempe. kondisi ekonomi menuntut mereka untuk lebih giat dan mencoba peruntungan dengan menjadi 'pengrajin' tempe.
Ancaman terhadap kelangkaan tahu-tempe ini terjadi akibat stok bahan baku kedelai yang kurang memadai diberbagai wilayah Indonesia. Rata-rata kebutuhan nasional akan kedelai diperkirakan mencapai 2,4 juta ton per
tahun, berarti kira-kira kita butuh 200 ribu ton kedelai setiap bulan.
Sementara produksi di 2012 ini diperkirakan 1,9 juta ton per
hektare (ha). Hal ini menunjukan bahwa stok kedelai nasional tidak memadai. Bisa jadi kondisi ini akibat kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap pertanian dan kondisi petani yang akhirnya memengaruhi terhadap hasil tani.
Jangan sampai akibat kelangkaan kedelai ini, harga tempe menyangi harga ayam dipasaran. Mau makan apa nanti rakyat pinggiran? Sedangkan tahu-tempe dengan harga normal saja sudah sulit terbeli, apalagi kalau harganya bersaing dengan harga ayam.
Juga jangan sampai semakin banyak rakyat Indonesia yang kembali merasakan makan nasi aking atau harus berlauk minyak jelantah dan garam dapur. nasi aking adalah nasi sisa yang tak termakan atau sudah basi, kemudian dijemur di bawah terik matahari pasca itu baru diolah kembali agar dapat dimakan. Sedangkan berlauk minyak jelantah adalah minyak bekas menggoreng yang kemudian dibubuhkan kedalam nasi sebagai lauk layaknya kecap.
Kelangkaan terhadap komoditi pangan seperti halnya kedelai, menyandera Indonesia pada krisis pangan. Pemerintah harus segera serius berupaya mengatasi krisis pangan yang terjadi di Indonesia. Agar tidak ada lagi kasus tempo dulu, dimana busung lapar menyapa dan menjalar di berbagai belahan Bumi Pertiwi tercinta.
Komentar