Langsung ke konten utama

Dua 'Momentum' Tahun Baru

Siapa yang tak senang mendapatkan sesuatu hal yang baru? Entah baju baru, sepatu baru hingga tahun baru. Semua bersuka cita menyambut yang baru. Karena berharap mendapat kebaikan dari ke-baru-an yang ada.

Seperti halnya tahun baru kali ini, semua masyarakat bersuka cita menyambutnya. Merayakannya dengan berpesta, jalan - jalan, menyulut kembang api, meniup terompet dan lain sebagainya.

Namun sangat disayangkan, perayaan dalam rangka menyambut tahun baru ini penuh dengan kesia - siaan. Bahkan sangat mungkin memicu pergaulan bebas disaat pesta perayaan tahun baru 2013 kali ini.

Seperti yang dilansir dalam okezone.com pada 31 Desember 2012, bahwa hotel melati di Jakarta telah penuh dibooking. Padahal harga sewa kamar telah dilipat-gandakan. Yang membuat miris adalah para pem-booking-nya adalah ABG. Ditambah lagi beredar kabar bahwa penjualan kondom meningkat bahkan habis terjual di daerah Bogor.

Sungguh ironis. Malam pergantian tahun seharusnya membawa harapan dan semangat baru. Tentunya harapan kearah yang lebih baik. Tapi kenapa malah memulai awal tahun dengan kegiatan yang bercorak pergaulan bebas?

Disisi yang lain, Jakarta juga mengadakan perhelatan dalam mengawal tahun 2013 ini, Jakarta Night Festival atau disingkat dengan JNE. Perhelatan yang digelar di Jalan Sudirman - MH Thamrin ini mendapat pengamanan dari Satpol PP. Tak tanggung - tanggung, hingga sebanyak 1.200 personel Satpol PP diterjunkan.

Yang manakah seharusnya?

Pergantian tahun seharusnya dapat menjadi momentum 'ide gila' mentri kesehatan Ibu Nafisah Mboi ; kondomisasi. Membagikan kondom yang katanya, dalam rangka meminimalisir HIV/AIDS atau dengan dalih kampanye kondom pada kelompok seks berisiko. Entah apa maksud dari kata kelompok seks berisiko?

Atau pergantian tahun dapat pula menjadi momentum untuk para petugas Satpol PP untuk mengadakan razia ke berbagai hotel dan tempat hiburan di Jakarta. Karena mengingat penuhnya hotel di-booking ABG dan larisnya kondom dipasaran.

Lantas yang manakah yang seharusnya dilakukan oleh para pihak terkait untuk menjadikan Bangsa kita lebih bermoral dan bermartabat? Setidaknya, ada dua momentum yang bisa dicapai dalam awal tahun ini. Yang satu momentum yang seolah nampak baik (entah menurut siapa) dan satu lagi memang baik.

Tidakkah kita bertanya, mengapa mentri kesehatan kita tak mengambil momentum ini untuk kondomisasi? Tidakkah kita bertanya pula, mengapa Satpol PP atau petugas terkait lainnya tidak mengambil momentum ini untuk raziasasi?

Tulisan ini bukan berarti saya mendukung kondomisasi dan memberikan ide untuk membagikannya di pergantian tahun. Saya hanya ingin mengajak pembaca berfikir, mengapa kedua momentum ini tidak dilakukan oleh mereka?

Bisa jadi, karena mentri kesehatan tak terfikirkan atas momentum ini atau bisa jadi pula membagikan kondom di malam tahun baru akan menuai makar hebat.

Pertama, bukan tidak mungkin aksi pembagian kondom dimalam tahun baru akan mencuatkan berbagai aksi protes yang makin keras atas ide kondomisasi. Kedua, jika momentum ini benar - benar dilaksanakan, maka akan meningkatkan seks bebas dan tentulah ini akan berdampak besar bagi perkembangan Bangsa kedepannya. Tidak dibagikan saat hotel penuh karena dibooking saja sudah dapat meningkatkan seks bebas, apatah lagi jika kondom dibagikan saat hotel penuh dibooking dan kondom laris dipasaran?

Lalu mengapa momentum raziasasi tidak diambil oleh petugas Satpol PP atau pihak terkait lainnya? Bukankah momentum ini akan sangat mungkin menuai kemaslahatan yang banyak? Pastilah banyak kepentingan yang bermain di sini. Yang sangat mungkin merupakan kepentingan elit penguasa dan pengusaha.

Menurut saya, sangat lucu jika razia begitu gencar digelar saat mendekati bulan mulia, Ramadhan. Padahal kalau difikir, di bulan baik seperti bulan Ramadhan, sangat mungkin banyak yang ingin kembali bertaubat mengingat bulan Ramadhan adalah bulan mulia. Walaupun memang, sangat mungkin bahwa tidak semua akan berfikir demikian, sehingga penertiban masih tetap harus dilakukan.

Berbeda dengan perhelatan pergantian tahun yang dimana mereka (bisa jadi) tak teringat akan berbagai komponen religi seperti yang terkandung pada bulan Ramadhan. Maka seharusnya, sangat perlu dilakukan pengingatan dalam bentuk razia pada momentum seperti ini.

Perhelatan pergantian tahun baru memang telah usai, tapi ini semua dapat kita jadikan pelajaran. Terutama untuk para petugas Satpol PP dan pihak terkait agar terinspirasi untuk melakukan razia di malam pergantian tahun baru. Juga sebagai bentuk penyadaran bagi mentri kesehatan kita, Ibu Nafisah Mboi. Bahwa tanpa kondomisasi saja pergaulan dan seks bebas sudah sangat memprihatinkan, apalagi jika ditambah dengan ide kondomisasi.

Komentar

Postingan Populer

Rekayasa Sosial ; Apa dan Bagaimana

Bab I. Pendahuluan Rasanya beragam krisis semakin terasa mewarnai aneka sisi kehidupan, mulai dari krisis sosial, krisis budaya, krisis ekonomi, hingga krisis kepercayaan pada tataran elit politik. Oleh karena itu diperlukan sebuah langkah perubahan guna perbaikan di berbagai bidang. Perubahan itu dapat dimulai dengan melakukan perubahan social, karena hakikat perubahan social tidak terbatas pada ranah atau lingkup social saja, tapi perubahan social ialah pergeseran politik, social, ekonomi dan budaya. Jadi perubahan social melingkupi berbagai aspek kehidupan. picture from : http://kammi-unwir.blogspot.com  Bab II. Isi 1.       Apa Itu Rekayasa Sosial Secara garis besar, perubahan sosial dibagi kedalam dua kategori, yakni perubahan sosial secara terus-menerus dan berlangsung secara perlahan tanpa direncanakan ( unplanned social change ) dan perubahan sosial yang direncanakan tujuan dan strateginya ( planned social change ) yang terkadang disebut dengan istilah social

Si Tayo, Animasi Korea yang Sarat Pembelajaran

“Ayo! Hai Tayo, Hai Tyao dia bis kecil ramah. Melaju, melambat, Tayo selalu senang.(2x) Jalan menanjak, jalan berbelok. Dia selalu berani. Meskipun gelap dia tak sendiri. Dengan teman tak perlu rasa takut. Hai Tayo, Hai Tayo, dia bis kecil ramah. Melaju, melambat, Tayo selalu senang. Hai Tayo, Hai Tayo, dia bis kecil ramah. Dengan teman di sisinya semua senyum ceria. Indahnya hari ini, Mari bergembira.” Itulah lirik lagu Hai Tayo dalam animasi Tayo the Little Bus. Btw, siapa yang hafal film animasi bis kecil ini tayang di stasiun televisi apa?? Seperti halnya Baby Shark , animasi Tayo si bis kecil ini menjadi tontonan yang asik bersama keluarga. Dalam hal ini, saya pribadi suka menontonnya bersama adik bontot yang duduk dibangku kelas dua SD. Tayo the Little Bus punya 4 tokoh utama yaitu Tayo yang memiliki warna biru, Rogi dengan warna hijaunya, Lani warna kuning dan Gani berwarna merah. Setiap tokoh memiliki karakter yang berbeda dan menggemaskan. Misalnya saja Rogi y

Mampukah Lamun (Seagrass) Hidup di Air Tawar?

Lamun merupakan tumbuhan berbiji tertutup ( Angiosperm ). Tumbuhan yang juga termasuk Anthophyta (tumbuhan berbunga) ini memiliki struktur morfologi berupa daun, batang yang terbenam (rimpang/ rhizome ), akar, bunga, buah dan biji. Lamun sangat unik karena cukup toleran pada habitat dengan kadar salinitas yang relatif tinggi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan lamun berhasil beradaptasi di lingkungan bahari, yaitu: 1) Mampu hidup di media air asin; 2) Mampu berfungsi normal dalam keadaan terbenam; 3) Mempunyai sistem perakaran yang baik, dan 4) Mampu melaksanakan daur generatif dalam keadaan terbenam (Hartog 1977 dalam Hutomo 1986). Kemampuan toleransi lamun terhadap kadar salinitas berbeda-beda, tapi sebagian besar berkisar antara 10-40 per mil. Nilai salinitas optimum untuk spesies lamun adalah 35 per mil (Dahuri 2003 dalam Ghufran 2011). Sejarah Istilah Lamun Di Indonesia, seagrass kerap dikenal dengan istilah lamun. Padanan kata lamun ini pertama kali dikenalkan ke