Langsung ke konten utama

Ortu Bijak Berprilaku, Anak Meniru Sepenuh Hati

Ahad pagi (22/9), DPRa PKS Sunter Agung menggelar kajian parenting dengan mengambil tema "Orang Tua Bijak Berperilaku, Anak Meniru Sepenuh Hati. Acara yang bertempat di Masjid At-Taqwa ini dihadiri oleh sekitar 50 peserta yang terdiri dari ibu-ibu dan bapak-bapak.

Para peserta nampak antusias menyimak pemaparan materi yang disampaikan oleh Ust. Karim Santoso, S.Pd, M.Si. Acara yang dimulai dari pukul 09.30 hingga 11.30 ini makin meriah dengan hadirnya doorprize berupa kaos dan buku karangan Ust. M. Fauzil Adhim. Doorprize ini diperuntukan bagi peserta yang proaktif selama acara berlangsung, entah dengan menjawab pertanyaan, menerima tantangan ataupun bertanya saat sesi diskusi.

Pada kesempatan kali ini, Ust. Karim Santoso memberikan tips berupa 7 tahapan dalam menghadapi anak. Adapun 7 tahapan itu adalah:

(1) Beri contoh atau tauladan.
Dalam pemberian tauladan ini dilakukan selama 3 tahun. Maka diharapkan para orang tua dapat bersabar dan konsisten untuk memberikan tauladan.

(2) Perubahan sikap atau prilaku.
Saat anak kita melakukan suatu perbuatan yang keliru, jangan dinasihati langsung saat detik itu juga. Karena, mereka tidak suka dan akan membuat emosi mereka bisa meningkat. Sebagai contoh, saat sang kakak usil pada sang adik, jika kita langsung menasihatinya bahkan marah padanya hal ini akan membuat kadar emosinya malah makin muncak dan yang terjadi adalah bukan mendengarkan kita malah makin usil. Siapkan jadwal atau waktu khusus untuk menasihati anak. Saat moment khusus inilah, catatan kekeliruannya kita sampaikan baik-baik, satu persatu lalu tanyakan padanya "apakah kedepan akan seperti itu lagi?" Minta ia mengubah sikapnya. Diwaktu khusus ini, ciptakan nuansa yang asik agar saat penyampaian nasihat kepada anak-anak tidak terkesan 'angker'.

(3) Mendengar aktif.
Dalam tahapan ini, syaratnya adalah punya waktu luang, hilangkan atau tunda masalah kita, tidak mengirim pesan atau nasihat (tidak perlu memberikan nasihat, cukup dengarkan), gunakan kata-kata yang menggali permasalahan mereka (seperti "Oh Gitu ya.. Terus Gimana..?", "Hemm.. terus, terus?? dll), tanya pendapat mereka dan tunjukan perhatian padanya.

(4) Pesan diri.
Sampaikan pesan kita. Yang perlu disampaikan pertama kali adalah tentang perasaan atau apa yang kita rasakan, lalu sebutkan sikap sang anak, kemudian sampaikan konsekuensi atau akibat dari perilakunya. Misal, "Abi sedih banget deh dengar kakak tidak mau sekolah.., nanti kalau kakak tidak sekolah kan jadi ketinggalan pelajaran.."

(5) Win-win solution.
Pada fase ini orang tua lebih bersikap tegas. Tanyakan maunya apa. Lalu kita coba untuk mencari jalan tengah akan tetapi tetap dicoba agar ia mengikuti pilihan kita.

(6) Ancaman.
Sampaikan konsekuensi yang kita berikan dan harus ia jalani. Ancaman ini bukan ancaman fisik seperti pukulan dan diberikan ketika sudah deadlock. Misal, "Ya udah kalo kakak ga mau sekolah, tapi kakak harus tetep kaya di sekolah. Belajar. Karena kan ini jamnya sekolah" atau "Ya udah kalo kakak ga mau sekolah, tapi kakak harus bantu ummi nyuci", dll.

(7) Sanksi.
Ketika fase mengancam tidak berefek padanya maka pilihan terakhir adalah berikan sanksi. Tentunya sanksi yang mendidik.

Pemaparan 7 tahapan ini menjadi PR bagi para peserta untuk dapat diterapkan. Terutama ditekankan untuk membuat jadwal atau waktu khusus untuk menyampaikan nasihat pada anak.

Komentar

Postingan Populer

Rekayasa Sosial ; Apa dan Bagaimana

Bab I. Pendahuluan Rasanya beragam krisis semakin terasa mewarnai aneka sisi kehidupan, mulai dari krisis sosial, krisis budaya, krisis ekonomi, hingga krisis kepercayaan pada tataran elit politik. Oleh karena itu diperlukan sebuah langkah perubahan guna perbaikan di berbagai bidang. Perubahan itu dapat dimulai dengan melakukan perubahan social, karena hakikat perubahan social tidak terbatas pada ranah atau lingkup social saja, tapi perubahan social ialah pergeseran politik, social, ekonomi dan budaya. Jadi perubahan social melingkupi berbagai aspek kehidupan. picture from : http://kammi-unwir.blogspot.com  Bab II. Isi 1.       Apa Itu Rekayasa Sosial Secara garis besar, perubahan sosial dibagi kedalam dua kategori, yakni perubahan sosial secara terus-menerus dan berlangsung secara perlahan tanpa direncanakan ( unplanned social change ) dan perubahan sosial yang direncanakan tujuan dan strateginya ( planned social change ) yang terkadang disebut dengan istilah social

Si Tayo, Animasi Korea yang Sarat Pembelajaran

“Ayo! Hai Tayo, Hai Tyao dia bis kecil ramah. Melaju, melambat, Tayo selalu senang.(2x) Jalan menanjak, jalan berbelok. Dia selalu berani. Meskipun gelap dia tak sendiri. Dengan teman tak perlu rasa takut. Hai Tayo, Hai Tayo, dia bis kecil ramah. Melaju, melambat, Tayo selalu senang. Hai Tayo, Hai Tayo, dia bis kecil ramah. Dengan teman di sisinya semua senyum ceria. Indahnya hari ini, Mari bergembira.” Itulah lirik lagu Hai Tayo dalam animasi Tayo the Little Bus. Btw, siapa yang hafal film animasi bis kecil ini tayang di stasiun televisi apa?? Seperti halnya Baby Shark , animasi Tayo si bis kecil ini menjadi tontonan yang asik bersama keluarga. Dalam hal ini, saya pribadi suka menontonnya bersama adik bontot yang duduk dibangku kelas dua SD. Tayo the Little Bus punya 4 tokoh utama yaitu Tayo yang memiliki warna biru, Rogi dengan warna hijaunya, Lani warna kuning dan Gani berwarna merah. Setiap tokoh memiliki karakter yang berbeda dan menggemaskan. Misalnya saja Rogi y

Mampukah Lamun (Seagrass) Hidup di Air Tawar?

Lamun merupakan tumbuhan berbiji tertutup ( Angiosperm ). Tumbuhan yang juga termasuk Anthophyta (tumbuhan berbunga) ini memiliki struktur morfologi berupa daun, batang yang terbenam (rimpang/ rhizome ), akar, bunga, buah dan biji. Lamun sangat unik karena cukup toleran pada habitat dengan kadar salinitas yang relatif tinggi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan lamun berhasil beradaptasi di lingkungan bahari, yaitu: 1) Mampu hidup di media air asin; 2) Mampu berfungsi normal dalam keadaan terbenam; 3) Mempunyai sistem perakaran yang baik, dan 4) Mampu melaksanakan daur generatif dalam keadaan terbenam (Hartog 1977 dalam Hutomo 1986). Kemampuan toleransi lamun terhadap kadar salinitas berbeda-beda, tapi sebagian besar berkisar antara 10-40 per mil. Nilai salinitas optimum untuk spesies lamun adalah 35 per mil (Dahuri 2003 dalam Ghufran 2011). Sejarah Istilah Lamun Di Indonesia, seagrass kerap dikenal dengan istilah lamun. Padanan kata lamun ini pertama kali dikenalkan ke